Senin, 07 Oktober 2013
Sendang Biru 's Story
Sebelum berangakt juga pake ada acara sesi tunggu menunggu antar personil rombongan segala..
Pertania Berlanjut : GIS (Geographic Information System)
1 ini bukan hasil garapan saya..cuma post ulang dari sebuah link biar bisa berbagi....... Kalau mau copas jangan lupan cantumkan daftar pustaka sesuai yg ada di artikel ini . Trimaksih
Contoh
Aplikasi GIS untuk Kegiatan :
·
Pemantauan Produksi di Bidang Pertanian
Modeling
produksi tanaman merupakan salah satu contoh aplikasi SIG di bidang pertanian .
Permodelan dengan menggunakan SIG menawarkan suatu mekanisme yang
mengintegrasikan berbagai jenis data (biofisik) yang dikembangkan atau
digunakan dalam penelitian pertanian. Monitoring kondisi tanaman pertanian
sepanjang musim tanaman serta prediksi potensi hasil panen berperan penting
dalam menganalisis produksi musiman. Informasi hasil panen yang akurat dan
terkini sangat dibutuhkan oleh departemen pertanian berbagai negara
·
Penilaian Resiko Usahatani
Dalam
teknologi pangan, GIS dapat digunakan untuk memetakan keberadaan tanaman
pangan. Aplikasi GIS yang digunakan dalam teknologi pangan diantaranya adalah
foodtrace dan quality trace. Aplikasi ini telah dikembangkan oleh THailand.
Dengan aplikasi ini kita dapat memperoleh informasi mengenai bahan baku suatu
produk baik itu dari segi mutu dan asal bahan baku. Di Thailand, salah satu
perusahaan pengalengan jagung menggunakan aplikasi ini untuk mencantumkan
informasi bahan baku dan ada kode-kode yang dapat dicek oleh konsumen untuk
mengetahui asal bahan baku. Selain itu, GIS juga dapat dipergunakan untuk
memetakan ketahanan pangan suatu wilayah berdasarkan data-data yang dimasukkan
dalam GIS.
·
Pengendalian Hama Penyakit
Contohnya adalah pemetaan penyebaran penyakit di beberapa wilayah baik
itu penyakit lama atau merupakan penyakit baru sehingga dengan pemanfaatan GIS
dapat dilakukan pencegahan. Dalam bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan, penerapan
GIS dilakukan untuk melaksanakan pengendalian secara dini yang bersifat
kewilayahan. Dengan pemenfaatan GIS serangan akan adanya penyakit dapat lebih
diantisipasi.
·
Pemantauan Budidaya Pertanian
Sebagai contoh dengan penggunaan aplikasi GIS kita dapat
mengetahui keadaan tanaman, parameter tanah, informasi mengenai lingkungan
tumbuh di lapang, mendeteksi pertumbuhan tanaman, kadar air tanah dan tanaman,
hama dan penyakit tanaman, pemetaan sumber daya, irigasi, mengetahui kebutuhan
pupuk, menentukan posisi lahan, monitoring lingkungan, dan lain sebagainya. GIS
juga dapat digunakan untuk membuat peta persebaran tanaman pangan dalam suatu
wilayah, peta persebaran komoditi hortikultura, jenis tanah, dan lain
sebagainya
·
Presisi Pertanian
Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan
informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk
mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan
temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan,
dan menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi
sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan
tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan.
Pada saat ini banyak produsen tanaman menerapkan site-specific
crop management (SSCM). Pemantauan hasil secara elektronis (electronic
yield monitoring) seringkali menjadi tahap pertama dalam mengembangkan SSCM
atau program PF. Data hasil tanaman yang presisi dapat digabungkan
dengan data tanah dan lingkungan untuk memulai pelaksanaan pengembangan sistem
pengelolaan tanaman secara presisi (precision crop management system). PF
diprediksi pada geo-referencing, yaitu penandaan koordinat geografi
untuk titik-titik pada permukaan bumi.
Dengan global postioning system (GPS)
dimungkinkan menandai koordinat geografi untuk beberapa objek atau titik dalam
5 cm, walaupun keakuratan dari aplikasi pertanian kisaran umumnya adalah 1
sampai 3 meter. GPS adalah sistem navigasi berdasarkan satelit yang
dibuat dan dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS telah
terbukti menjadi pilihan dalam postioning system untuk PF. Metode
untuk meningkatkan keakuratan pengukuran posisi disebut koreksi diferensial
atau DGPS (differential global postiong system). Perangkat keras
yang diperlukan adalah GPS receiver, differential correction signal
receiver, GPS antenna, differential correction antenna, dan computer/monitor
interface.
·
Pengelolaan
Sumberdaya Air
Rice Irrigation Management System (RIMS) di Tanjung
Karang, Malaysia Sistem ini
dikembangkan oleh Eltaeb Saeed, Rowshon, M.K., Amin, M.S.M. Tujuan pembangunan
RIMS yang didukung teknologi GIS (Geographic Information System) adalah untuk
melakukan efisiensi penggunaan air dan meningkatkan produktifitas lahan
pertanian. Teknologi GIS berfungsi untuk menyimpan data ke dalam basis data
komputer
sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa wilayah geografi dalam hal ini wilayah
yang dilalui saluran irigasi.
Kemampuan sistem RIMS yang menggunakan teknologi GIS dapat
mengembangkan manajemen air dengan baik. Sistem RIMS diterapkan di wilayah
irigasi Tanjung Karang, Malaysia.
·
Kajian
Biodiversitas Bentang Lahan untuk Kegiaan Pertanian Berlanjut
Dalam aspek konservasi hutan dan keragaman hayati, menentukan
area prioritas dan hotspot dari keragaman hayati adalah hal paling mendasar.
Aplikasi SIG untuk ini, baik di negara maju maupun di negara berkembang, sudah
cukup banyak. Hutan tropis mempunyai peranan yang signifikan dalam perubahan
iklim global. SIG merupakan alat yang sangat berguna dalam penelitian perubahan
iklim, yaitu dalam hal pengorganisasian data, dalam bentuk basisdata global,
dan kemampuan analisa spasial untuk pemodelan.
Aplikasi SIG untuk penelitian perubahan iklim berkembang
pesat, tetapi untuk negara berkembang masih sangat terbatas. Basisdata spasial
akan semakin penting dalam hal mendukung pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pengelolaan hutan. Beberapa basisdata global yang mencakup area hutan
tropis sudah tersedia, yaitu meliputi basisdata topografi, hutan tropis basah,
iklim global, perubahan iklim global, citra satelit, konservasi dan tanah.
2.
Penjelasan
aplikasi terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan pada system
pertanian yang bagaimana penerapan GIS tersebut dilakukan, macam data spatial apa saja yang dibutuhkan dalam menyusun contoh
tersebut, bagaimana manfaat penerapan GIS tersebut dalam menjalankan sistem
pertanian !!
·
Konsep SIG
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data
citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS.
Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu
sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang
berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan
user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user.
·
Komponen
SIG
Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi
ke dalam lima komponen utama, yaitu:
o Perangkat keras
(Hardware)
o Perangkat lunak
(Software)
o Pemakai (User)
o Data
o Metode
Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya
terdapat dua jenis data, yaitu:
a)
Data Spasial
Data yang berkaitan
dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau
gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan
berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam
bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki
nilai tertentu.
b)
Data Non Spasial
Data
non-spasial disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau
informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh
data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah
perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu
software SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0.
MapInfo
merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang
dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang
dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan
menganalisis data secara geografis.
·
Pemanfaatan Aplikasi GIS di Bidang Pertanian
Dalam
dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang terus
berkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun terus
dilakukan, tidak terkecuali dalam sektor pertanian, sektor perekonomian utama
di Indonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dalam
dunia pertanian.
Salah satu contohnya adalah aplikasi GIS atau
Geographical Information System, dan jika diterjemahkan secara bebas ke bahasa
Indonesia, kita bisa menyebutnya SIG atau Sistem Informasi Geografi. SIG adalah
suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG
adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data
yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi
kerja.
GIS ini sudah banyak membantu para ahli dalam
mengumpulkan data secara cepat. Misalnya dalam mengetahui seberapa besar
kerusakan yang diakibatkan tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu. Pencitraan
jarak jauh lewat satelit dapat memberitakan secara cepat perbedaan ujung utara
pulau Sumatera itu sebelum dan sesudah terjadinya tsunami.
Secara garis besar, yang dapat dilakukan GIS dalam
bidang pertanian adalah mencakup inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan
untuk pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan,
dan sebagainya. Yang dapat dibantu GIS untuk dunia pertanian adalah:
a)
Mengelola Produksi Tanaman
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumber daya pertanian dan
perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air.
Kita dapat menggunakan GIS untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem
rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah
yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan
dalam masa panen.
b)
Mengelola Sistem Irigasi
Kita dapat
menggunakan GIS untuk membantu memantau dan mengendalikan irigasi dari
tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu memantau kapasitas sistem, katup-katup,
efisiensi, serta distribusi menyeluruh dari air di dalam sistem.
c)
Perencanaan
dan riwayat sumber daya kehutanan
Perencanaan dan riwayat manajemen pertanahan serta integrasinya dengan
sistem hukum dan integrasinya dengan manajemen basis data relasional
sistem-sistem. ArcView, aplikasi untuk GIS penggunaan GIS ini biasanya dengan
aplikasi tertentu. Yang paling umum dipakai adalah ArcView.
Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum
dipakai, karena seringnya GIS diapakai untuk melihat kerusakan lahan akibat
bencana alam, tapi bukanya tidak mungkin penerapan GIS dalam dunia pertanian
akan makin sering dipakai. Sistem GIS ini bukan semata-mata software atau
aplikasi komputer, namun merupakan keseluruhan dari pekerjaan managemen
pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian di
kebun menjadi database, perencanaan system dan lain-lain. Sehingga bisa
dikatakan merupakan perencanaan ulang pengelolaan pertanian menjadi sistem yang
terintegrasi.
3.
Uraian
bagaimana peluang masing-masing contoh tersebut diterapkan di salah satu sistem
pertanian di Indonesia menuju penerapan pertanian berlanjut. !!
Teknologi
Informasi Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat. Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok:
a.
Instrumen dalam mengoptimalkan proses
pembangunan, yaitu dengan memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan
kepada masyarakat.
b.
Produk dan jasa teknologi informasi merupakan
komoditas yang mampu memberikan peningkatan pendapatan baik bagi perorangan,
dunia usaha dan bahkan negara dalam bentuk devisa hasil eksport jasa dan produk
industry telematika.
c.
Teknologi informasi bisa menjadi perekat
persatuan dan kesatuan bangsa, melalui pengembangan sistem informasi yang
menghubungkan semua institusi dan area seluruh wilayah nusantara.
Kesadaran
pentingnya Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasanya disebut ICT
(Information and Communication Technologi), bukan hanya monopoli kalangan
pengusaha besar saja tetapi juga bertumbuh di kalangan pengusaha kecil dan
kekuatan-kekuatan masyarakat lain, seperti Koperasi, Kelompok Tani, dan
Masyarakat biasa. ICT diyakini berperan penting dalam pengembangan bisnis, kelembagaan
organisasi, dan juga mampu mendorong percepatan kegiatan ekonomi dan taraf
hidup masyarakat.
Manfaat yang dapat diperoleh melalui
kegiatan aplikasi teknologi informasidan komunikasi khususnya dalam mendukung
pembangunanpertanian berkelanjutan di antaranya adalah:
a) Mendorong terbentuknya jaringan
informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.
b)
Membuka
akses petani terhadap informasi pertanian untuk:
§
Meningkatkanpeluang
potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya
§
Meningkatkan
kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta
§
Meningkatkan
kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatanidan merelasikan
komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia,jumlah produksi yang
diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
c)
Mendorong
terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan danpemanfaatan informasi
pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan
pertanian lahan marjinal.
d)
Memfasilitasi
dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneousknowledge) yang
dapat diakses secara lebih luas untuk mendukungpengembangan pertanian lahan
marjinal.
4.
Pembahasan umun dan kesimpulan !!
Pembangunan
pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan merupakan isupenting strategis yang
universal diperbincangkan dewasa ini. Dalam menghadapiera globalisasi
pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruhpesatnya
perkembangan iptek termasuk perkembangan di bidang teknologiinformasi dan
komunikasi. Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor pertanianakan menuju
pada pertanian berkelanjutan melalui
penyiapan informai pertanian yang tepat waktu relevan, yang dapat memberikan
informasi yang tepat kepadapetani dalam proses pengambilan keputusan
berusahatani untuk meningkatkanproduktivitasnya.
TIK
dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar,
input produksi, tren konsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan
kuantitas produksi mereka. Informasi pemasaran,praktek pengelolaan ternak dan
tanaman yang baru, penyakit dan hamatanaman/ternak, ketersediaan transportasi,
informasi peluang pasar dan hargapasar input maupun output pertanian sangat
penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi
DAFTAR PUSTAKA
Chairunisa, Ivani. 2013. Peran
Teknologi Iformasi untuk Bidang Pertanian. http://phaniphanol.blogspot.com/2012/06/peran-teknologi-informatika-untuk.html.
diakses tanggal 5 October 2013.
Maruf, Yasin. 2013. Pemanfaatan
Teknologi Pertanian GIS dalam Pemanfaatan Penggunaan Lahan. http://a1l109008.blogspot.com/2012/06/pemanfaatan-teknologi-pertanian-gis.html.
diakses tanggal 5 oktober 2012.
Sari, Indah Purnama. 2013. Pemanfaatan
Aplikasi GIS. http://indahamoyblue.blogspot.com/2012/03/pemanfaatan-aplikasi-gis.html.
diakses tanggal 5October 2012.
Yuhardin. 2005. Pemanfaatan
Teknologi Informasi Bagi Sektor Pertanian. http://www.scriptintermedia.com/view.php?id=26&jenis=ITKnowledge.
Diakses tanggal 5 oktober 2012
Syahputra, Firdaus. 2012. Penggunaan Sistem dan Komputer di Bidang
Teknologi Industri Pertanian. Politeknik Indonesia Venezuela (POLIVEN). Aceh
Besar
Sabtu, 28 September 2013
AGROFORESTRI : KLASIFIKASI AGROFORESTRI
TUGAS
TERSTRUKTUR
AGROFORESTRI
MACAM
– MACAM AGROFORESTRI DI INDONESIA
Nama : Susi susanti
NIM : 115040100111024
Kelas : Agroforestri A
Nama : Susi susanti
NIM : 115040100111024
Kelas : Agroforestri A
PROGAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
1. Jelaskan
berbagai klasifikasi agroforestri dan contoh masing - masing !
Pengklasifikasian agroforestri dapat
didasarkan pada berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan kepentingannya.
A. Klasifikasi
berdasarkan komponen penyusunya (kehutanan,pertanian dan peternakan) :
·
Agrisilvikultur
Agrisilvikultur
adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan atau
tanaman berkayu dengan komponen pertanian atau tanaman semusim.
Contoh
: Kombinasi tanaman karet (berkayu) dengan ubi kayu
·
Silvopastura
Sistem agroforestri yang
mengkombinasikan komponen kehutanan atau tanaman berkayu dengan komponen
peternakan seperti binatang ternak .
Contoh : Kombinasi tanaman pinus
(berkayu) dengan tanaman pakan ternak
·
Agrosilvopastura
Sistem agroforestri yang
mengkombinasikan komponen kehutanan atau tanaman berkayu dengan komponen
pertanian sekaligus peternakan dalam unit lahan yang sama.
Contoh : Pekarangan
B. Klasifikasi
berdasarkan istilah teknis yang digunakan
·
Sistem
Agroforestri
Sistem
agroforestri dapat didasarkan pada komposisi biologis serta pengaturannya,
tingkat pengelolaan teknis atau ciri-ciri sosial-ekonominya.
Contoh
: agrisilvikultur, silvopastura, agrosilvopastura.
·
Sub
sistem Agroforestri
Sub-sistem
agroforestri menunjukkan hirarki yang lebih rendah daripada sistem
agroforestri, meskipun tetap merupakan bagian dari sistem itu sendiri. Meskipun
demikian, sub-sistem agroforestri memiliki ciri-ciri yang lebih rinci dan
lingkup yang lebih mendalam.
Contoh
: dalam system agroforestri agrisilvikultur masih terdapat beberapa sub system
seperti tanaman lorong (alley cropping ) , tumpangsari .
·
Praktek
Agroforestri
Praktek dalam agroforestry lebih
menjurus kepada operasional pengelolaan lahan yang khas dari agroforestry yang
murni didasarkan pada kepentingan/kebutuhan ataupun juga pengalaman dari petani
lokal atau unit manajemen yang lain, yang didalamnya terdapat komponen-komponen
agroforestry.
Contoh : penanaman pohon-pohon
turi di persawahan di Jawa.
·
Teknologi
Agroforestri
Merupakan
inovasi atau penyempurnaan melalui intervensi ilmiah terhadap sistem-sistem
atau praktek-praktek agroforestri yang sudah ada untuk memperoleh keuntungan
yang lebih besar.
Contoh
: pengenalan mikoriza atau teknologi penanganan gulma dalam upaya
mengkonservasikan lahan alang-alang ke arah sistem agroforestri yang produktif.
C. Klasifikasi
berdasarkan masa perkembanganya
·
Agroforestri
tradisional
Menurut
Thaman (1988), mendefinisikan agroforestri tradisional atau sebagai ‘setiap
sistem pertanian, di mana pohon-pohonan baik yang berasal dari penanaman
atau pemeliharaan tegakan/tanaman yang telah ada menjadi bagian terpadu,
sosial-ekonomi dan ekologis
dari keseluruhan sistem (agroecosystem)’
Contoh
: pekarangan berbasis pohon
·
Agroforestri
Modern
Agroforestri
modern umumnya hanya melihat pengkombinasian antara tanaman keras atau pohon
komersial dengan tanaman sela terpilih.
Berbeda
dengan agroforestri tradisional/klasik, ratusan pohon bermanfaat di luar komponen
utama atau juga satwa liar yang menjadi bagian terpadu dari sistem
tradisional kemungkinan tidak terdapat lagi dalam
agroforestri modern
Contoh : berbagai model
tumpangsari dan penanaman tanaman peneduh
pada perkebunan kakao atau kopi
D. Klasifikasi
berdasarkan zona agroekologi
Di Indonesia ,klasifikasi seperti
ini didasarkan pada zona klimatis utama yang terdapa 4 wilayah .
·
Zona
Monsoon (di Jawa dan Bali)
Zona
ini dicirikan oleh batas yang jelas antara musim kemarau dan musim hujan
(separo tahun). Seperti contoh tanaman kayu jati akan menggugurkan daunnya pada
saat musim kemarau.
DiIndonesia,
wilayah ini secara umum lebih subur dibandingkan wilayah tropis lembab (apalagi
di Indonesia wilayah monsoon yaitu Jawa memiliki banyak gunung berapi).
·
Zona Tropis lembab
(Sumatera,Kalimantan dan sulawesi)
Ekosistem
ini memiliki karakter biofisik penting antara lain tingginya curah hujan dan
kelembaban udara. Topografi berbukit-bukit dengan dominasi jenis tanah podsolik
merah kuning yang memiliki kesuburan (dan berarti daya dukung lahan) yang rendah.
Ekosistem
tropis lembab menempati kawasan hutan yang terluas di Indonesia, tersebar dari
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Meskipun
ekosistem tropis lembab sering disebut dengan Mixed Dipterocarps Forest (karena
dominasi jenis-jenis pohon komersial dari suku Dipterokarpa), akan tetapi
sebutan tersebut lebih ditujukan bagi Hutan Tropis Lembab Dataran Rendah (Lowland
Dipterocarps Forests). Di samping itu masih ada Hutan Tropis Lembab Dataran
Tinggi (termasuk di dalamnya yang disebut Hutan Pegunungan) dan formasi-formasi
edafis seperti misalnya hutan rawa (swamp forests) serta hutan payau (mangrove
forests).
·
Zona kering atau semi
arid (Nusa Tenggara)
Wilayah
ini mencakup kawasan NTT, NTB, sebagian Bali dan Jawa Timur sebagian Sulawesi
Selatan/Tenggara dan sebagian Papua bagian selatan. Ciri khas daerah ini adalah
perbedaan musim hujan dan kemarau yang sangat menyolok. Keseimbangan air (water balance) yang
khas di daerah ini menuntut pemilihan pola dan jenis tanam yang memadai.
Petani umumnya mengusahakan tanaman pangan
hanya dalam musim hujan. Dalam musim kemarau tidak ada peluang
untuk mengusahakan tanaman semusim kecuali di daerah yang ada
irigasinya. Biasanya pada musim kemarau masyarakat mengusahakan pemeliharaan
ternak. Dengan demikian tanaman atau pohon dan semak penghasil pakan
ternak merupakan salah satu pilihan penting.
·
Zona Kepulauan
Ciri
utama pada zona kepulauan adalah lahan terbatas dengan kemiringan yang tinggi,
berbatu atau berpasir serta sangat rentan terhadap erosi dan longsoran atau
pergerakan tanah jika terjadi hujan lebat, apalagi jika penutupan tanah sangat
rendah baik oleh vegetasi alami maupun vegetasi buatan.
Di
zona kepulauan di kawasan Nusa Tenggara, umumnya kontras terdapat tanaman
pantai dan tanaman di kawasan pegunungan. Konservasi tanah, pemeliharaan ternak
dan pengembangan tanaman kelapa di kawasan pantai menjadi ciri utama penanganan
ekosistem pertanian dan upaya memperoleh pendapatan. Akhir-akhir ini di kawasan
pantai, tanaman kelapa mulai dikombinasikan dengan tanaman perkebunan seperti
coklat, cengkeh dan vanili tergantung pada tingkat curah hujan. Tanaman kelapa
dipadukan pula dengan pisang dan ubi-ubian yang menjadi pola menu utama pangan masyarakat
pantai tradisional.
·
Zona Pegunungan
Zona
pegunungan umumnya mempunyai iklim yang lebih dingin dan basah. Agroforestri
biasanya dikaitkan dengan pengembangan hortikultura seperti sayuran dan
buah-buahan. Kontras dengan dataran rendah, jenis ternak di kawasan pegunungan
terbatas.
Kawasan pegunungan umumnya ideal untuk
tanaman buah-buahan dan sayuran. Wanatani bisa merupakan perpaduan
antara tanaman buah-buahan dengan sayuran atau dengan tanaman pangan.
Beberapa pohon berkayu yang juga dapat dijumpai di wilayah pegunungan
seringkali menjadi bagian dari sistem agroforestri yang dikembangkan,
misalnya di Papua banyak dijumpai jenis cemara gunung
1. Jelaskan
berbagai pola kombinasi komponen dalam agroforestri dari sudut tata ruang &
dimensi waktu serta berikan contoh masing – masing !
A.
Kombinasi secara tata
ruang
Penyebaran berbagai
komponen, khususnya komponen kehutanan dan pertanian, dalam suatu sistem
agroforestri dapat secara horizontal (bidang datar) ataupun vertical.
·
Penyebaran secara
horizontal
Penyebaran
secara horizontal ditinjau dari bidang datar pada lahan yang diusahakan untuk
agroforesti (dilihat dari atas, sebagaimana suatu potret udara). Penyebaran
komponen penyusun agroforestri secara horizontal memiliki berbagai macam
bentuk, sebagai berikut:
1) Pohon-pohon
tumbuh secara merata berdampingan dengan tanaman pertanian, baik sifatnya
temporer (misalkan dalam sistem tumpangsari) ataupun permanen (dalam hal ini
bisa berbentuk berbagai tanaman campuran atau plantation crops and other
crops). Penanaman ini yang disebut dengan istilah ‘sistem jalur berselang’
(alternate rows);
2) Tegakan
hutan alam (biasanya bekas tebangan atau logged-over area) yang ditebang
jalur untuk penanaman tanaman keras komersial. Termasuk dalam kombinasi yang
kedua ini adalah sistem ‘jungle shading’ yang pernah diuji coba pada
perkebunan kakao (Cacao theobroma) di Jahab (Kaltim);
3) Mirip
dengan model jalur berselang hanya saja lahan di sini digunakan lebih intensif.
Pohon-pohon yang kecil dan mudah dipangkas atau dapat segera dijarangi ditanam
di antara pohon-pohon komersial besar dan tanaman pertanian. Contoh antara lain
penanaman lamtoro gung dalam sistem tumpangsari di hutan jati di Jawa.
4) Beberapa
jenis pohon yang cepat tumbuh dan cepat menyebar (umumnya dari suku Leguminosae
atau Fabaceae) ditanam di sepanjang garis kontur pada daerah-daerah
lereng untuk menghindarkan erosi (shelterbelt). Pohon ini seringkali
dikombinasikan dengan rumput-rumputan yang sekaligus digunakan sebagai pakan
ternak.
5) Suatu kombinasi antara agrisilvikutur dan
silvopastura, di mana pohonpohonan atau perdu-perduan berkayu ditanam di
sekeliling lahan pertanian agar berfungsi sebagai pagar hidup (border tree
planting);
6) Tegakan
pohon atau perdu tumbuh tersebar secara tidak merata pada lahan pertanian.
Dalam hal ini, tidak ada model distribusi yang sistematis (model acak atau random).
Contoh nya adalah permudaan alam pada hutan sekunder selama masa bera dalam
kegiatan perladangan berpindah.
7) Pohon-pohonan
(tumbuhan berkayu) dan tanaman pertanian ditanam dalam bentuk jalur/lorong.
Fungsi utama pohon-pohonan (tumbuhan berkayu) adalah sebagai pelindung bagi
tanaman pertanian yang ada. Contoh dari desain kombinasi ini adalah berbagai
bentuk tanaman lorong.
8) Tegakan
pohon atau perdu berkayu tumbuh secara berkelompok (cluster) pada suatu
lahan pertanian (atau lahan yang diberakan/diistirahatkan). Komponen pohon,
perdu dan lain-lainnya dapat hadir secara alami (dan selanjutnya dipelihara)
maupun sengaja ditanam (dibudidayakan). Contoh untuk pola ini adalah sistem
kebun hutan tradisional (traditional forestgardens);
9) Pohon
atau perdu berkayu ditempatkan di sekeliling petak atau ditempatkan pada
sisi-sisi petak yang disebut sebagai trees along border atau sistem
kotak (box system). Contoh percobaan pada perkebunan kakao di Kalimantan
Timur.
·
Penyebaran secara
vertical
Penyebaran
vertical dilihat dari struktur kombinasi komponen penyusun agroforestri
berdasarkan bidang samping atau penampang melintang (cross-section).
Yang terlihat bukan hanya strata kombinasi, tetapi juga kemerataan distribusi
masing-masing jenis. Keseluruhan dari penyebaran horizontal di atas juga dapat
dikombinasikan dengan penyebaran vertikal, yaitu:
1)
Merata
dengan beberapa strata
Di mana
komponen kehutanan dan pertanian tersebar pada sebidang lahan dengan strata
yang sistematis. Kondisi ini umumnya dijumpai pada bentuk-bentuk agroforestri
yang modern dan berskala komersial.
Contohnya pohon
karet ditanam berbaris teratur dan ubikayu ditanam dalam lorongnya.
2) Tidak merata
Di
mana komponen kehutanan dan pertanian tersusun dalam strata yang tidak
beraturan (acak/random) pada sebidang lahan. Struktur tidak merata lebih
banyak dijumpai pada agroforestri tradisional yang lebih polikultur. Struktur
ini sangat berkaitan dengan diversitas (diversity), atau aspek
kelimpahan jenis (species richness) dan kemerataannya (eveness).
Contoh
terdiri dari kelapa, kayu manis, pisang, pepaya, surian dan kapulaga .
B. Kombinasi
menurut dimensi waktu
Pengkombinasian
secara tata waktu dimaksudkan sebagai durasi interaksi antara komponen
kehutanan dengan pertanian dan atau peternakan. Kombinasi tersebut tidak selalu
nampak di lapangan, sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman bahwa suatu
bentuk pemanfaatan lahan tidak dapat dikategorikan sebagai agroforestri.
Contoh :
·
Kebun rotan pada
masyarakat Dayak di Kalimantan yang dikategorikan sebagai agrisilvikultur. Bagi
yang tidak memahami sistem pola perladangan akan sulit mengkategorikannya
sebagai agroforestri. Padahal, masa bercocok tanam padi hanya berkisar 1-3
tahun, sedangkan masa budidaya rotannya (dari penanaman hingga tidak produktif
lagi dan diubah kembali menjadi ladang) bisa mencapai puluhan tahun
·
Hutan jati di Jawa
pada umur di atas lima tahun, pada umumnya tidak lagi dapat dijumpai tanaman
palawija sebagai tanaman sela (tumpangsari), sehingga murni sebagai ekosistem
hutan tanaman.
Kombinasi agroforestri menurut kombinasi waktu dapat
dibedakan menjadi 2 , yaiitu :
1) Kombinasi
permanen
Terdiri
dari komponen kehutanan dengan paling sedikit satu dari komponen pertanian dan
peternakan.Dalam kombinasi ini dapat di temukan 3 kemungkinan :
·
Kombinasi komponen
kehutanan, pertanian, dan peternakan berkesinambungan selama lahan digunakan (co-incident).
Sebagai contoh, berbagai bentuk kebun pekarangan (home gardens) yang
dapat dijumpai di banyak wilayah nusantara.
·
Pemeliharaan
tegakan/pohon-pohon secara permanen pada lahan-lahan pertanian sebagai sarana
memperbaiki lahan, tanaman pelindung, atau penahan air. Sebagai contoh,
penanaman pohon-pohon turi (Sesbania grandifora) pada pematang-pematang
sawah di Jawa, pohon pelindung pada perkebunan komersial (kopi, kakao);
·
Pemeliharaan/penggembalaan
ternak secara tetap (berjangka waktu tahunan) pada lahan-lahan
hutan/bertumbuhan kayu, tanpa melihat pada umur tegakan. Contoh–contoh dapat
dijumpai pada wilayah-wilayah kering/semi arid.
3) Kombinasi
sementara
·
Penggembalaan ternak
atau kehadiran hewan di kawasan berhutan/bertumbuhan kayu hanya dilakukan pada
musim-musim tertentu (continous interpolated). Contoh kehadiran berbagai
satwa hutan (terutama jenis-jenis burung) di kebun-kebun hutan dan kebun
pekarangan pada saat musim buah (khususnya bulan-bulan Desember hingga Maret)
·
Penggembalaan ternak
atau kehadiran hewan di kawasan berhutan/bertumbuhan kayu pada awalnya dibatasi
dengan pertimbangan keselamatan permudaan. Akan tetapi dengan pertambahan umur
tegakan, pembatasan ini semakin diperlonggar.
·
Di Sahel (satu kawasan
di Afrika), pohon Acacia albida tumbuh permanen pada lahan usaha dan
pada musim hujan memberikan perlindungan dan pupuk hijau bagi tanaman gandum.
Pada musim kering menghasilkan buah sebagai makanan ternak yang juga digembalakan
pada lahan tersebut.
·
Pemanfaatan secara
periodik lahan-lahan pertanian untuk produksi kayu
·
Setelah persiapan
lahan kawasan hutan/kebun, petani diperkenankan menggunakannya sementara untuk
tanaman sela musiman dan sekaligus memelihara tanaman pokok kehutanan. Setelah
3-5 tahun, maka usaha pertanian harus dihentikan. Pemanfatan tumpang tindih
seperti ini dijumpai luas pada sistem-sistem tumpangsari (taungya) baik
di Jawa (di hutan Jati) atau di luar Jawa;
·
Pemakaian lahan secara
bergantian antara kehutanan dan peternakan.
2. Apakah
manfaat memahami pengklasifikasian dan/atau pola kombinasi komponen yang
menyusun agroforestri !
Pengklasifikasian
membantu dalam menganalisis setiap bentuk implementasi agroforestri yang
dijumpai di lapangan secara lebih mendalam, guna mengoptimalkan fungsi dan
manfaatnya bagi masyarakat atau para pemilik lahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sardjono, Mustofa Agung , dkk.2003.Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. World
Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office . Bogor
Langganan:
Postingan (Atom)